CULTURE
Bali
has a lot of unique traditions which could not be found in other regions in Indonesia.
One of that unique traditions is the " Omed-omedan "
which we could only find in Banjar Kaja, Sesetan Denpasar. This unique
tradition has been inherited from generation to generations long before the
Dutch colonization era. As one of the Balinese culture heritage, rich with
artistic and cultural value, bond with the togetherness and sacred values, Omed-omedan remains
preserved by the Krama / community of the Banjar Kaja
especially by the youth / Sekaa Teruna Teruni ( STT ) Satya
Dharma Kerti. Omed-omedan held
annually at Tahun Baru Saka (penanggal kaping siki Sasih
Kadasa ) or a day after the " Nyepi ". The Balinese community often called this day as
the " Ngembak Geni " day.
The word Omed-omedan derives from the word " Omed " ( according to the Bali Indonesian
dictionary ), which literally means " pull ", so the word Omed-omedan can be interpreted as pulling each other. A day after the Nyepi, there is a unique tradition that is
always held by the youth of Banjar Kaja Sesetan Denpasar, namely omed omedan or
kiss between boys and girls as a form of happiness in the Ngembak Geni Day. The
participants of omed omedan is Sekaa Teruna Teruni from the age of 17 to 30 years
old who have not yet married. Before starting this unique tradition, the participant
of omed omedan are praying at Banjar
Temple led by local
stakeholders. One day, there is a unique occurrence
happened when the Omed-omedan tradition
is negated, a hubbub voice which is caused by two pig fighting ferociously
suddenly heard. Nobody knows where do these pigs come from or who owns them.
After the people of Banjar Kaja done a spiritual way at the Pura Banjar, then
they got an answer ( from someone who was being in trance ) that Omed-omedan represents
the will of the Deities of the
Pura Banjar and shall be held annually
Bali
memiliki banyak tradisi unik yang tidak dapat ditemukan di daerah lain di
Indonesia. Salah satu yang unik adalah tradisi "Omed-omedan" yang
kita hanya bisa temukan di Banjar Kaja, Sesetan Denpasar. Tradisi unik ini telah diwarisi dari generasi ke generasi jauh
sebelum jaman penjajahan Belanda. Sebagai salah satu warisan budaya Bali, yang
kaya dengan nilai seni dan budaya, obligasi dengan nilai-nilai kebersamaan dan
sakral, Omed-omedan tetap dilestarikan oleh Krama dari Banjar Kaja terutama
oleh pemuda / Sekaa Teruna Teruni (STT) Satya Dharma Kerti. Omed-omedan diadakan setiap tahun di Tahun Baru Saka
(penanggal sasih Kadasa Kaping siki) atau sehari setelah "Nyepi".
Masyarakat Bali sering menyebut hari ini sebagai hari "Ngembak Geni".
Kata Omed-omedan berasal dari
kata "Omed" (menurut kamus bahasa Indonesia Bali), yang secara
harfiah berarti "menarik", sehingga kata Omed-omedan dapat diartikan
sebagai menarik satu sama lain. Sehari setelah Nyepi, ada tradisi unik yang
selalu dipegang oleh pemuda Banjar Kaja Sesetan Denpasar, yaitu omed omedan
atau ciuman antara laki-laki dan perempuan sebagai bentuk kebahagiaan dalam
hari Ngembak Geni. Para peserta omed omedan
adalah Sekaa Teruna Teruni dari usia 17 sampai 30 tahun yang belum menikah.
Sebelum memulai tradisi yang unik, peserta omed omedan melakukan persembahyangan
di Pura Banjar yang dipimpin oleh pemangku setempat. Pada suatu hari, ada kejadian
unik terjadi ketika tradisi Omed-omedan tidak diadakan,dimana terdengar suara
keriuhan yang disebabkan oleh dua babi berkelahi dengan ganasnya tiba-tiba terdengar.
Tak ada yang tahu darimana babi itu berasal dan siapa pemiliknya. Setelah orang
Banjar Kaja melakukan upacara spiritual di Pura Banjar, maka mereka mendapat
jawaban (dari seseorang yang sedang dalam keadaan tak sadarkan diri) dimana Omed-omedan
itu mewakili kehendak para dewa dewa dari Pura Banjar dan akan diadakan setiap
tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar